Pengrajin logam Tumang kesulitan tenaga terampil

Boyolali (Soloraya Online) -Perajin tembaga dan kuningan yang berlokasi di Kecamatan Cepogo mengeluhkan sulitnya memperoleh pekerja yang terampil membuat kerajinan tersebut.

“Membuat kerajinan tembaga ini cukup sulit, meski  banyak pesanan namun  tenaga ahli yang bisa membantu masih terbatas,”kata seorang perajin tembaga dan kuningan, Manto warga Dusun Tumang, Desa/ Kecamatan Cepogo. Kamis (5/4/2012).

Dijelaskan, kerajinan tembaga dan kuningan asal Tumang itu mempunyai corak yang khas sehingga hampir tidak ada saingannya di pasaran luar negeri. corak yang berbeda tersebut, justru banyak diminati konsumen.

Manto mencontohkan, dengan melibatkan sekitar 60 tenaga kerja mampu memproduksi kerajian logam hanya sekitar 90 buah, Pesanan yang mengalir saat ini, antara lain bak mandi, hiasan air mancur, lampu hias, dan hiasan lainnya. Barang industri kerajinan logam tersebut banyak datang pesanan dari Amerika Serikat, Australia, Belgia, Perancis, Brunei Darussalam, dan Malaysia.

“Harga hiasan air mancur, misalnya dijual Rp4 juta per buahnya, bak mandi asal kuningan mencapai Rp8,9 juta rupiah, lampu hias antara Rp200 ribu hingga Rp1 juta per buahnya, pintu sekitar Rp7,5juta,”katanya.

Dia mengakui order yang datang rata-rata tiap bulan lebih dari 100 pesanan, Namun, kendala tenaga yang terampil membuat produksi hanya mampu maksimal 90 hasil industri logam.

“Banyak pesanan terpaksa kami lempar ke luar daerah,” katanya.

Dia menambahkan pengrajin memerlukan keterampilan khusus. Tanpa hal tersebut, produk yang dihasilkan tidak akan laku dipasaran.

Dengan demikian,pihaknya berharap ada intervensi dari pemerintah  yang dapat berdampak pada kelangsungan usaha pengrajin,  khususnya menghadapi derasnya serbuan produk China.

“Kami, berani bersaing karena kualitas kami unggul, namun kebijakan pemerintah akan sangat membantu kami,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil ketua Komisi IV, Agus Wiyono  mengakui kelemahan utama industri tembaga terletak pada tenaga ahli.

“Tidak ada transfer  keahlian dari generasi tua kepada generasi muda. Maka,kami berniat memperkaya disain dan keahlian dengan pelatihan,” katanya.

Setelah dilakukan dengar pendapat antara pengrajin usaha tembaga kelas bawah dan menengah, dengan komisi IV DPRD Boyolali dan Pemkab. Menurut Agus, diperoleh kesepakatan yakni pelatihan itu di fasilitasi oleh sejumlah satker diantaranya Disperindagsar, Dinsosnakertrans dan Balai Latihan Kerja.

“Pemkab justru sanggup mendatangkan MTU (Mobile Training Unit). Sedangkan BLK dan sejumlah satker itu akan memberikan training of trainer (TOT) kepada pengrajin tembaga,” katanya.

Saat ini, kata Agus,  terdapat  sekitar 8 perusahaan dari ratusan pengusaha pengrajin tembaga dan kuningan. Dari jumlah sebanyak itu, setiap perusahaan nilai investasinya mencapai Rp 24 miliar. Sedangkan, tenaga kerja yang diserap mencapai lebih 600 orang. (yulianto)

sumber : solorayaonline

Artikel Menarik Lainnya



Powered by Blogger.